TENTANG KAMI
Perpaduan Budaya Indonesia dengan Budaya Tiongkok
Batik adalah warisan budaya tak benda yang hidup dan kita hidupi. Batik merupakan proses menorehkan lilin panas di atas selembar kain untuk menghias sekaligus merintang warna pada saat pencelupan.
Shio adalah istilah yang berkembang di Indonesia untuk menyebut lambang zodiak penanggalan Cina. Shio terdiri dari 12 simbol binatang yaitu: tikus, kerbau, harimau, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, dan babi.
Batik Shio menggabungkan batik cap dan batik tulis dengan motif 12 binatang zodiak Cina. Perpaduan budaya Jawa dan Cina telah berlangsung berabad-abad lalu. Batik Shio mengangkat tema keberagaman yang menyatu tersebut melalui tangan-tangan terampil artisan lokal di Solo, Sragen, dan Pekalongan.
Dengan semangat harmoni dalam keragaman, Batik Shio mengambil peran dalam karya batik yang tidak sekedar estetis tetapi juga bermakna simbolis.
OUR PROCESS
Dibalik pembuatan selembar kain Batik Shio
Batik Shio berkolaborasi dengan seniman lokal dalam eksplorasi canting cap berbahan dasar kertas dan kayu daur ulang. Sebuah bentuk kepedulian Batik Shio dalam manajemen lingkungan. Selain itu, Batik Shio juga kerja sama dengan artisan cap logam untuk membuat motif cap baru, sebagai upaya untuk keberlangsungan dan keberlanjutan (sustainability) kolaborasi ketrampilan kriya logam dan kriya tekstil Indonesia.
Proses cap kain Batik Shio dikerjakan satu per satu oleh tangan artisan terampil. Setelah proses cap telah usai, dilanjutkan dengan proses 𝘱𝘳𝘦-𝘮𝘰𝘳𝘥𝘢𝘯𝘵 dan pewarnaan dengan proses celup berulang kali. Kemudian proses pelorodan, yaitu menghilangkan malam dengan cara merebus kain hingga bersih dari lilin malam. Kain diangin-anginkan dan kemudian masuk tahap 𝘧𝘪𝘯𝘪𝘴𝘩𝘪𝘯𝘨.
Pilihan warna kain Batik Shio cukuplah beragam seperti merah, biru, kuning, hijau, oranye, dan masih banyak lagi.
PUBLIKASI
Februari, 2021
Februari, 2021
Februari, 2021
Desember, 2019